Surabaya bukan tempat yang asing bagi saya, delapan tahun menimba ilmu di sana namun secara akademis saya tidak selesai memberi saya ilmu baru tentang bagaimana permusikan di Surabaya saat 2007-2011 berjalan sejauh pengamatan saya. Surabaya pernah mendapat spotlight besar di era kejayaan post-hardcore/emo di awal 2000an, sekitar 2004an dan 2010an dengan Sebuah Tawa Dan Cerita, Kick Larry, Perfection Through Silence, dan Never Ending Story tentunya. Masuk 2012an ke atas ketika skramz mulai banyak digemari, Reveur muncul dengan sound skramz atau screamo ala Age Sixteen maupun Neil Perry, atau bahkan Saddest Landscape. Kini 2018 dan memasuki era 2020an, Surabaya kembali muncul dengan talenta skramz bernama Melabuh Kelabu. Saya mengenal Melabuh Kelabu sejak berkenalan dengan Rizal Malewa di sosial media dan kemudian Didi Sarkodi. Pertemanan saya dengan mereka pun baru – baru saja terjalin, sekitar beberapa tahun lalu pertengahan tahun 2016an. Kami banyak berinteraksi dalam diskusi tentang post-hardcore dan emo, bertukar referensi dan mencari tahu tentang keadaan skena musik surabaya terkini setelah saya lama tidak berada di kota itu.
Melabuh Kelabu terbentuk Febuari 2016, di saat launching album band grindcore RKK. Gig pertama mereka menemani RKK dijadikan tahun lahir mereka. Beranggotakan Rizal Malewa (vokal + gitar), Indra Gumelar (gitar), Aqshalrofi (bass) dan Yunando Rachmad (drum + vokal), Melabuh Kelabu terbentuk di Surabaya daerah barat Manukan, satu daerah yang produktif melahirkan band – band cadas seperti Depo Sampah dan Blockade. Manukan juga sebagai daerah domisili semua personil Melabuh kelabu kecuali Indra Gumelar. Background personil Melabuh Kelabu yang juga pernah bermain di band Hardcore Punk ( sampai sekarang ) dan seringnya mereka berpartisipasi (ikut tampil secara kolektif) dalam gigs hardcore/punk secara diy yang sering di adakan teman teman Truestep (surabaya crew) sendiri dan bahkan Jatim Power juga membuat sisi hardcore punk Melabuh Kelabu tidak bisa dianggap enteng, selain sisi introspektif skramz yang mereka dengungkan.
Karakter sound mereka juga diterjemahkan dengan baik dalam bentuk artwork cover album karya "Dian Alfian" yang notabene salah satu illustrator penting di kancah musik di Indonesia yang pernah menggarap artwork band –band seperti: ABRAHAM(IND), TAJAM(IND), ZNSM(IND), DROWN (IND) dan bahkan Internasional seperti TEAR ME APART(UK), DER WEG EINER FREIHEIT(GER), WALDGEFLUSTER(GER), NASELLE(US), LYSITHEA(NZ), FAIL TO DECAY(US), AMIENSUS(US), INQUIRY LAST SCENERY (MY), ETHEREAL SHROUD(UK), LYCUS(US), ION(US), FINAL PEACE(MY), terakhir bahkan band sekelas HEAVEN IN HER ARMS(JPN) dan CITY OF CATERPILLAR (USA)
Melabuh Kelabu sendiri melalui juru bicara mereka yaitu Didi Sarkodi mengakui bahwa tiap personil masih-masing mempunyai influence berbeda. Akan tetapi untuk bermusik di Melabuh Kelabu para personil bisa dibilang mempunyai taste band favorit yang tidak jauh beda seperti: Raein, Loma Prieta, La Quiete, Suis La Lune dan band - band screamo / emo-powerviolence 90an lainnya.
Dari Single pertama yaitu Katastrofe, aura band – band yang tersebut diatas pun sangat kental dan tidak hanya omongan belaka, hal ini yang menjadikan saya punya harapan besar untuk salah satu wakil Surabaya di kancah post-hardcore/screamo nasional.
The Italian hardcore group’s latest is a powerful, claustrophobic album that rarely lets up its mathy, metallic assault. Bandcamp Album of the Day Feb 6, 2018
Atmospheric black metal band Sadness and experimental screamo band To Be Gentle channel intense emotions on this split single. Bandcamp New & Notable Sep 28, 2021
Eve Beeker of screamo band To Be Gentle stretches her solo work in new experimental directions on this EP, a meditation on gender & healing. Bandcamp New & Notable Aug 10, 2021
Toronto band Respire deliver a post-hardcore tour de force on the largest scale possible, orchestrally rich and incessantly uncompromising. Bandcamp New & Notable Jan 6, 2021